Cahaya merupakan salah satu ciptaan Allah swt yang menjadi tanda
kekuasaan-Nya di alam semesta ini. Cahaya diciptakan Allah swt dengan segala
macam kelebihan yang seharusnya disyukuri oleh umat manusia. Salah satu cara
mensyukurinya adalah dengan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Salah satu
manfaatnya adalah cahaya memiliki pengaruh bagi kesehatan tubuh manusia. Dengan
cahaya alami yang yang cukup di dalam ruangan, manusia yang beraktivitas di
dalam ruangan itu juga akan dapat terjaga kualitas kesehatannya.
Selain itu, cahaya juga memiliki warna tertentu yang bisa ditampilkan untuk
menambah estetika bangunan. Sifat-sifat cahaya itu sendiri adalah cahaya dapat
dipantulkan dan diserap. Pemantulan dan penyerepan tergantung pada warna
permukaan benda. Semakin gelap warnya, maka semakin tinggi koefisien serapnya.
Hal ini juga dapat mempengaruhi estetika.
Sumber cahaya alami adalah matahari. Allah swt menciptakan matahari sebagai
sumber energi bagi kehidupan manusia di bumi. Matahari memiliki waktu edar
tertentu yang memiliki efek yang berbeda jika dirasakan pada belahan bumi
berbeda. Waktu beredar matahari dari terbit hingga tenggelam akan menimbulkan
efek bayangan yang apabila digunakan secara maksimal akan dapat menambah
estetika pada bangunan. Matahari juga mempengaruhi kondisi iklim setempat. Pada
iklim tropis matahari akan dirasakan bersinar sepanjang tahun, berbeda dengan
daerah iklim subtropis atau daerah kutub. Di dalam bangunan, cahaya yang harus
dimasukkan adalah dayligt (terang
langit). Sedangkan sinar matahari langsung sebaliknya dihindari karena akan
menyebabkan silau di dalam ruang.
Lebih jauh, zat yang ada dalam matahari menghasilkan energi. Energi
cahayanya bisa diubah menjadi energi listrik. Sumber energi yang dihasilkan
oleh matahari merupakan sumber energi yang tidak akan habi dan selalu dapat
diperbaharui. Penggunaannya secara maksimal akan dapat membantu menghemat
sumber energi di bumi kian menipis. Salah satu yang bisa dilakukan adalah
dengan menggunakan teknologi photovoltic yang terintergrasi dalam bangunan,
sehingga bangunan dapat menghasilkan energi sendiri. Bangunan yang menggunakan
teknolog ini disebut bangunan hemat energi.
Dalam merancang pencahayaan di dalam bangunan, harus diperhatikan
kenyamanan visual. Kebutuhan pencahayaan sesuai dengan standar adalah hal yang
harus diperhatikan pertama kali. Setelah itu, dilakukan perancanaan
elemen-elemen yang nantinya akan berfungsi untuk memasukkan pencahayaan alami
seperti jendela, dan lain sebagainya. Perencanaan elemen-elemen ini tentunya
memperhatikan orientasinya terhadap sinar matahari. Setelah dilakukan kontrol
terhadap sinar matahari, yaitu perencaaan shanding device. Perencanaan shanding
yang tepat adalah yang memperhatikan arah edar sinar matahari.
Beberapa karya arsitektur muslim, yaitu masjid, sudah menerapkan
perancangan bangunan dengan pencahayaan alami. Penerapan pada perancangan
masjid-masjid ini antara lain adalah dengan penempatan jendela yang berfungsi untuk
memasukkan cahaya alami. Selain itu, dipergunakan juga kaca yang berwarna-warni
yang bisa membiaskan cahaya, sehingga berfungsi sebagai elemen estetika. Perletakan
bukaan pada sela-sela kubah dan muqornas juga banyak dilakukan. Hal ini
selain berfungsi sebagai penyebaran cahaya, juga berfungsi sebagai penambah
estetika interior ruangan.
Dengan menerapkan strategi-strategi perencanaan elemen arstektur untuk
memasukkan cahaya alami diharapkan cahaya bukan lagi menjadi suatu masalah
dalam perencanaan arsitektur selanjutnya. Pemanfaatan cahaya secara optimal,
akan mengantarkan sebuah bangunan menjadi obyek arsitektur yang hemat energi
dan berkelanjutan. Bahkan, apabila perancangannya menerapkan matahari secara
aktif, maka dapat dikatakan bangunannya termasuk zero energy. Dengan demikian,
penerapan perancangan pencahayaan alami yang benar di dalam obyek arsitektur
bisa dikatakan sebagai salah satu wujud rasa syukur manusia atas nikmat Allah
swt, sekaligus wujud dari upaya peletarian alam yang bernilai ibadah di mata
Allah swt.
0 komentar:
Posting Komentar