Diri manusia sebenarnya tidak berbeda dengan sebuah kerajaan di
mana hati sebagai rajanya dan indra bersama organ tubuh yang lain ibarat
pelayan dan tentaranya, akal sebagai wazir atau perdana menteri, nafsu
keinginan sebagai pemungut pajak dan amarah sebagai petugas polisi. Dengan
alasan menarik pajak, nafsu terus-menerus cenderung untuk berbuat korup demi
kepentingannya sendiri, sementara amarah cenderung berbuat kasar dan keras. Demi
kelangsungan dan keamanan negara, hati dan akal atau raja dan perdana menteri
harus bekerja sama untuk memantau dan mengendalikan penarik pajak dan petugas
kepolisian. Jika tidak, yakni polisi dan pemungut pajak sampai naik ke atas dan
mengendalikan menteri, kehancuranlah yang akan terjadi.
Seseorang harus memahami herarki kekuasaan tersebut. Dalam diri
manusia, secara berurutan syahwat dan amarah adalah pelayan nafsu, nafsu sendiri
pelayan akal, akal pelayan hati, dan hati diciptakan untuk memandang keindahan
hadirat illahi. Siapa yang memahami herarki ini dialah yang benar. Unsur dan
potensi-potensi tersebut tidak diciptakan kecuali agar manusia mampu
menggunakannya untuk terbang meninggalkan alam debu menuju alam tinggi. Itulah yang
dmaksud dalam firman-Nya “ Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk
beribadah kepada-Ku” (QS. Al-Dzariyat, 56)
0 komentar:
Posting Komentar