Ibadah Sungsang

Senin, 11 Februari 2013


Suatu ketika Rasulullah sedang bersama para sahabat. Tiba-tiba serombongan orang lewat sambil mengusung keranda menuju pemakaman. Melihat rombongan tersebut, Rasulullah SAW langsung berdiri yang diikuti oleh para sahabat. Setelah rombongan lewat, salah seorang sahabat ‘menegur’ Rasulullah memberitahu bahwa yang lewat tersebut adalah rombongan pengiring jenazah orang Yahudi. Mendengar hal ini Rasulullah menjelaskan bahwa yang perlu dipahami jenazah tersebut tadinya adalah manusia juga. Karena itu beliau berdiri untuk menghormati kemanusiaan jenazah – dalam hal ini jenazah orang Yahudi tersebut.

Ikhwan fillah, kalau kita mau mencoba kritis terhadap kehidupan kita sekarang ini, marilah kita melihat kegiatan apa yang dihormati dengan cara berdiri. Kita tentu pernah menghadiri upacara pernikahan saudara-saudara kita. Sebelum kedua mempelai keluar menuju pelaminan, pembawa acara akan mempersilakan hadirin tamu undangan untuk berdiri. Ya, dalam kehidupan kita sekarang ini, yang mendapatkan penghormatan dengan cara berdiri, penghormatan yang seharusnya diberikan kepada mayat adalah sepasang pengantin yang baru memasuki babak baru dalam kehidupan. Wallahua’lam. Dalam satu kesempatan lain, sewaktu Rasulullah SAW memasuki majlis, para sahabat yang lebih dahulu datang berdiri untuk menyambut Rasulullah SAW. Tetapi oleh Rasulullah SAW para sahabat disuruh untuk tetap duduk. Beliau tidak ingin diperlakukan seperti raja.

Mari kita lanjutkan karena kita menyinggung proses pernikahan.

Mahar, maskawin yang lagi tren sekarang adalah mahar berupa seperangkat alat sholat dan satu buah mushaf Al Qur’an. Tanpa bermaksud pesimistis terhadap kecenderungan seperti ini, kita seharusnya menanamkan kepada pemuda yang akan melangsungkan pernikahan bahwa seperangkat alat sholat dan mushaf Al Qur’an tersebut bukan bukti, simbolisasi keberagamaan seseorang. Tinggi rendahnya tingkat keberagamaan seseorang, baiknya kualitas iman seseorang tidak dapat ditunjukkan dengan sekedar memberikan alat sholat dan satu buah Al Qur’an itu apalagi yang tersimpan dan terbungkus rapi. Tetapi hal ini ditunjukkan oleh pengamalan simbolisasi ini. Contoh konkritnya mungkin seberapa sering seperangkat alat sholat tersebut dipakai untuk sholat dan seberapa sering Al Qur’an itu dibaca untuk dipahami dan dijadikan pedoman dalam keluarga baru ini. Dengan kata lain, di dalam simbolisasi pemberian seperangkat alat sholat dan satu mushaf Al Qur’an tersebut tersimpan kewajiban besar bagi si suami untuk mengajarkan sholat atau mengajarkan membaca Al Qur’an apabila kebetulan si istri belum bisa sholat atau bahkan belum bisa sekedar membaca Al Qur’an.

Baik, karena kebetulan membahas simbolisasi Islam.

Biasanya di rumah-rumah keluarga yang baru dibina ini, termasuk keluarga-keluarga lama, sering kita jumpai hiasan kaligrafi yang diambil dari potongan-potongan ayat Al Qur’an. Ayat yang paling sering dijadikan hiasan kaligrafi adalah ayat kursi yang maknanya sebagai berikut:

Allah tidak ada Ilah melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. 2:255)

Ayat kursi ini menekankan tentang ketauhidan, pengesaan Allah, tiada Tuhan selain Dia. Akan tetapi seringkali orang yang memasang hiasan ayat kursi ini telah terjerumus, mencari perlindungan dari ayat kursi ini. Atau paling tidak ayat kursi ini diyakini sebagai penegas, bukti bahwa pemiliknya beriman.

By the way, sebelum kita terlalu jauh, mari kita kembali ke awal renungan kita hari ini. Banyak sekali yang mesti kita reformasi, terutama kualitas iman kita. Mudah-mudahan beberapa contoh di atas dapat menjadi bekal bagi para pemuda (dan tentunya juga pemudi) yang akan segera melangsungkan pernikahan. Juga tentunya mudah-mudahan bermanfaat bagi orang tua yang akan segera menikahkan putra-putrinya.

Jangan kita sok merasa beribadah padahal ibadah kita sungsang, salah penempatan. Yang lebih parah, selain sungsang, ibadah kita juga salah secara syariat. Yang tidak ada tuntunan ditinggi-tinggikan, sementara yang dianjurkan, kok ditinggalkan.

Ya Allah tunjukilah kami jalan yang lurus. Jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat. Amien.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

kog postingannya islami semua eaaahhh...

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Pages - Menu

Mengenai Saya

Foto saya
Kenalin Teman, namaku Miftahul Khoirul Azizah. . . Aku lahir di Kediri, tepatnya pada tanggal 14 Oktobe 1995. Dan saat ini, aku sedang mengenyam pendidikan di salah satu sekolah favorit di Kotaku. Yakni, Madrasah Aliyah Negeri Kota Kediri 3. Salam kenal ya. . . :)

Blogroll

About

Blogger templates

Blogger news