Episode Cinta Rosul

Kamis, 14 Februari 2013


Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (QS. Ali Imran [3]:144).

Ada sebuah episode mengharukan pada hari wafatnya baginda nabi SAW. Seorang sahabat yang sangat terkenal keperkasaannya, terkenal tegas dan bersuara lantang, sahabat Umar ibnu Khattab, sewaktu mendengar berita wafatnya Rasulullah SAW langsung keluar rumah menggeret pedangnya yang terhunus sambil berkata, ‘siapa yang mengatakan Muhammad telah mati.’ Inilah pertanyaan yang lebih merupakan ancaman bahwa siapa saja yang mengatakan Rasulullah telah wafat, akan dipenggal lehernya! Dialah sahabat Umar radhiallahu ‘anhu, yang karena cintanya pada Rasulullah, begitu tidak percaya sampai lupa diri bahkan akan memenggal leher siapa saja orang yang memberitakan Rasulullah wafat.

Ada dua hal menarik yang dapat kita petik dari episode ini. Pertama, sebagaimanapun kita mencinta sesuatu, atau seseorang, entah nanti, esok atau lusa pasti kematian akan memisahkan kita dengan yang kita cintai tersebut. Bisa jadi kita yang lebih dahulu dijemput kematian, bisa juga orang yang kita cintai. Semakin besar kecintaan kita akan sesuatu, seseorang, maka rasa kehilangan pun sewaktu ditinggalkan pun akan semakin besar. Dan sayangnya, di dunia ini, semuanya, apa saja ada batas titik akhirnya. Maka yang dapat kita lakukan adalah mempersiapkan diri untuk menerima kenyataan perpisahan ini.

Yang kedua, kita bisa melihat para sahabat begitu mencintai Rasulullah. Kecintaan ini adalah kecintaan yang tulus karena para sahabat menyadari dialah Rasulullah yang telah berhasil menyatukan mereka yang selama ini terpisah-pisah, bermusuh-musuhan dalam kabilah-kabilah. Dialah rasulullah yang mengangkat derajat hidup mereka dari suku yang bar-bar, buas dan tidak berprikemanusiaan, biadab, pembunuh bayi-bayi yang tak berdosa menjadi kaum yang memiliki rasa persaudaraan, kasih-sayang dan solidaritas yang tinggi. Bagi para sahabat, Rasulullah adalah guru, bapak, pengayom, sahabat, pemimpin dan tempat berbagi. Di dalam riwayat lain diceritakan sahabat Umar ra sering menangis karena mengingat sebelum kedatangan Islam ia pernah mengubur bayinya hidup-hidup hanya gara-gara bayi tersebut perempuan! Umar ra, menangis mengingat bayi merah tersebut, yang tak berdaya menggapai-gapaikan tangan mungilnya. Sifat bar-bar inilah yang telah dirombak total oleh Rasulullah, diganti dengan sifat penyayang. Karena itu, Umar ra, begitu kehilangan guru yang telah mengajarkannya kasih-sayang.

Episode pada hari wafatnya Rasulullah SAW ini ditutup dengan bertekuk-lututnya Umar ra, di hadapan sahabat Abu Bakar, yang dengan lemah-lembut menyentuh hati Umar dengan pernyataan “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang?” Kalimat-kalimat Abu Bakar bagaikan air segar dari mata air di tengah-tengah kegelisahan, penyejuk di tengah-tengah kebingungan karena orang yang paling dicintai pergi untuk tidak kembali lagi. Mendengar kalimat lembah-lembut Abu Bakar, tangan Umar ra yang semula erat menggenggam pedang jatuh terkulai menyadari kesalahan aplikasi pernyataan cintanya yang berlebihan yang tak rela ditinggal orang yang dicintai.

Ikhwan fillah, kita perlu mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi perpisahan ini, perpisahan dengan yang kita cintai. Selain itu, setelah berulang kali kita memperingati hari kelahiran Rasulullah SAW, mari kita tanya diri sendiri. Adakah kecintaan kita pada beliau seperti kecintaannya Umar ra? Adakah kecintaan kita pada beliau, pada ajaran-ajaran beliau bertambah tiap kali memperingati maulidnya? Hanya jiwa yang suci yang bisa menjawab tanpa apologi.

Mari kita tingkatkan kecintaan kita pada Rasulullah, pada ajaran-ajarannya agar kita dapat bersaksi sebagai pengikutnya dan mendapat syafaatnya di hari penghitungan.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Pages - Menu

Mengenai Saya

Foto saya
Kenalin Teman, namaku Miftahul Khoirul Azizah. . . Aku lahir di Kediri, tepatnya pada tanggal 14 Oktobe 1995. Dan saat ini, aku sedang mengenyam pendidikan di salah satu sekolah favorit di Kotaku. Yakni, Madrasah Aliyah Negeri Kota Kediri 3. Salam kenal ya. . . :)

Blogroll

About

Blogger templates

Blogger news